Sepasang mata dan bibir terkatup dalam lelap tidurmu ialah puisi yang selalu kubaca sebanyak keraguanmu akan kata-kataku yang terlanjur tumpah tentang usaha menjadi baik-baik saja.
Sementara hangat yang diam-diam kuhantarkan lewat peluk yang kucuri dari punggungmu selalu melahirkan pertanyaan yang sama ;
"mengapa kita tak akan pernah lagi sama?"
Kemudian pagi selalu menjadi perkara yang tak dapat ditunda, yang menerbitkan matahari di keningmu-penerang jalan menuju pulangmu yang tak sanggup kucegah sebab aku tak pernah lahir sebagai rumah.
Terima kasih sudah mampir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PENDAPAT LO ?