this is my world this is my life this my story this is my adventure. go reading !! happy yaa :)

Peristiwa

Apa kau tahu bagaimana rasanya berada dalam ruangan gelap yang kosong sendirian?
 
Kedinginan, kalaparan, ketakutan. Tak ada cahaya sedikitpun, tak ada suara, tak ada siapa-siapa. Dan yang bisa kau lakukan untuk menghilangkan rasa takutmu hanyalah dengan meringkuk sambil memeluk satu-satunya yang ada bersamamu. Dirimu sendiri.

Bagiku tempat yang hening itu selalu menakutkan.  Semakin hening tempat itu  maka semakin jelas yang aku dengar. Seperti  yang sedang ku alami saat ini . Aku bisa mendengar suara udara yang melewati hidungku lalu menuju paru-paru dengan jelas, mendengarkan suara gemuruh dari perutku yang kelaparan, mendengarkan suara air liur yang kupaksa masuk kekerongkonganku untuk menghilangkan rasa haus. Mendengarkan suara gigil  dari tubuhku yang  gemetar kedinginan.   Aku bahkan  bisa mendengar dengan jelas suara detak jantungku yang mulai terasa satu-satu, mendengarkan suara darah yang mengalir keseluruh tubuhku.mendengar tubuhku seperti sebuah mesin yang mulai kehabisan tenaga. Bukankah sangat menakutkan ketika bisa mendengar segalanya? Bukankah itu mengerikan?  Bahkan didalam keheninganpun bisa begitu sangat bising.

Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana aku bisa berada didalam ruangan ini. Hanya saja  yang aku ingat adalah wanita itu terus saja mengutukiku dengan kata-kata kasar, melemparkan benda-benda yang berada disekitanya kearahku, menyeret tubuhku tanpa iba dan kemudian mengunciku di sini. Diruangan gelap ini.

 Melawan? Tentu saja, aku ingin sekali melawan, aku ingin sekali berlari kedapur mengambil sebuah pisau yang biasa digunankannya untuk mengiris bawang. Lalu menusukan pisau itu keperutnya berkali-kali. Hingga wanita itu mengerang kesakitan dan jatuh tersungkur. Tapi aku hanyalah anak perempuan berumur lima tahun dengan tubuh kurus  tak terurus. Bagaimana mungkin anak seusiaku saat itu bisa melakukannya, lagipula aku berhutang kepada wanita itu, karena dia telah melahirkanku. Mengeluarkanku dari dalam perutnya yg pengap itu.

Ini bukan kali pertama wanita itu melakukan ini kepadaku, setiap kali dia bisa saja marah tanpa alasan dan melampiaskannya kepadaku. Bahkan ketika aku meminta ampun kepadanya wanita itu malah semakin geram dan terus berteriak memakiku.

“ampun bu… ampun, sakit”
“anak sialan! Sudahku bilang jangan panggil aku ibu! Aku bukan ibumu”

Ibu hanyalah seperti sebuah kata kosong yang tak berarti apa-apa bagiku. Tak pernah punya makna.  Aku menyebut wanita itu ibu karena begitulah aku memanggilnya. Hanya itu. Dan seorang ibu bagiku adalah tak pernah lebih dari orang  yang  mau meminjamkan tubuhnya  untuk diisi seonggok daging hidup yang akan menjadi parasit selama sembilan bulan. Dan lalu mempertaruhkan hidup dan matinya untuk mengeluarkan daging hidup tersebut. Jika beruntung dia akan hidup dan berhasil mengeluarkan parasit itu hidup-hidup dari tubuhnya. Jika tidak salah satu dari mereka akan mati. Bukankah menjadi seorang ibu itu adalah pilihan yang sangat konyol? Namun sialnya bagi wanita itu adalah ia orang yang beruntung karena aku berhasil keluar dari perutnya hidup-hidup.

Jika sebutan seorang ibu bukanlah untuk orang yang telah melahirkanmu…lalu?
Aku menuntup mataku rapat-rapat  lalu menarik kedua kaki  hingga lututku menyentuh pipi. Aku meringkuk lebih dalam. Memeluk tubuhku yang hampir beku kedinginan.  Suara jantungku terdengar sangat keras, seolah-olah aku sedang berada didalam tubuhku sendiri.  Perlahan aku mulai menikmatinya. “suara yang sangat indah…” aku memeluk tubuhku lebih erat lagi. aku sepenuhnya tidak bisa merasakan jemari ku lagi namun suara jantungku masih bisa kudengar.kemudian samar-samar  aku mendengar suara lain, seperti  suara langkah kaki. Mungkin ada seseorang yang sedang berjalan-jalan di jantungku. Suara kaki itu semakin keras mendekat . Derik engsel pintu gudang yang berkarat membuat telingaku penggang.  Udara yang kuhirup…aroma yang sangat kukenal. Aroma mawar  yang begitu kental. Aku membuka mataku, aku melihat cahaya dari balik pintu yang terbuka itu. Tulang leherku seperti mau patah, karena aku meringkuk terlalu dalam.

“Apa kamu mau selamanya disana?”
“keluarlah! Ambil makananmu dan kemudian tidur di kamarmu”

Aku tak bisa bersuara. Terlalu lemah untuk itu.
Wanita itu geram karena aku tak menyahut ucapannya. Lalu dia menuju kearahku, menjepit rahangku degan satu tangan, memaksaku melihat ke arahnya hingga kepalaku terangkat dan aku terduduk..Suara benturan demi benturan terdengar seperti bunyi kasur yang dipukuli saat dijemur, diiringi suara keretak tulang yang patah dan erangan kesakitan.  Aku berjalan menelusuri tangga, menuju tubuh wanita  itu yang tergeletak didasar tangga dengan posisi aneh. Kepalanya menoleh dengan kemiiringan tak wajar, lengan tangannnya berbalik ke arah luar, dan kakinya mengangkang. Aku berjalan melewatinya. Tanpa memedulikannya.

“Apa yang kamu lakukan kepada ibumu , anak setan?!”

Aku berbalik melihat kearah wanita itu. Darah segar keluar dari mulut dan telinganya, sementara darah kental tampak mengalir menggenangi kepalanya. Dia menatapku dengan berkaca-kaca sambil terus berusaha menggerakan tangannya. “Tolong… “ suaranya seperti tercekik dileher.

“bukankah, kamu  bukan ibuku ”

Aku tersenyum. Untuk yang pertama kalinya aku bisa tersenyum menatapnya. Kemudian aku berlalu menuju dapur, mengambil piring, mengisinya dengan nasi dan lauk. Membuka lemari es, mengambil apel hijau yang tersusun rapi, memakannya segigit  dan menaruhnya lagi ditempat semula.  Setelah itu aku berjalan menuju kamar. Melewati tubuh wanita itu yang sudah tidak bergerak.

Kesalahan pertamanya adalah membuatku berada didalam rahimnya. 
Kesalahan keduanya adalah membiarkanku terlahir didunia ini.
Dan kesalahan terbesarnya adalah menunjukan kepadaku bagaimana cara menjadi dirinya.