Aku tak pandai menerka
yang kutahu, saat malam
dan hujan dan tangan kita tak saling
genggam, kau merindu, sepertiku.
Aku tak pandai mengingat.
hanya saja, namamu
seperti epitaf kekal diatas bebatuan yang
menetap dalam kepalaku.
Aku tak pandai menari.
Hanya pada gempita pecah tawamu,
tubuhku tak dapat berhenti meliukkan
gerak - gerak bahagia
Aku tak pandai sendiri
Aku ganjil yang ingin tergenapi.
Aku, cangkir kosong yang mendamba
aroma teh terbaik,
mendambamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PENDAPAT LO ?