Untuk Cahaya,
Apakah ini yang kausebut patah? tanyamu padaku malam itu, aku
hanya diam. Kemudian kamu membiarkan waktu berjalan sendiri, menekuri masa demi
masa. Hampa. Ketika sesak adalah kumpulan air yang kautampung dalam matamu,
tersimpan rapi dalam isak.
Inikah yang dinamakan sia-sia? Kamu kemudian kembali bertanya
padaku. Aku masih diam. Segalanya masih berputar di kepalamu, segala tanya
tentang masa lalu, tentang usahamu mengalahkan ego demi sekadar memenangkan
komitmen yang pernah kamu dan dia jalani. Tapi usahamu purna, dia pergi tanpa
sepatah kata.
Apakah tidak ada yang mampu kuselamatkan? Remah-remah, tak ada
yang mampu diselamatkan dari remah, kecuali sisa dan sisa adalah satu-satunya
yang kamu miliki karena tak ada lagi yang utuh ketika pecah. Kepingan tak
pernah berfungsi sebagai apapun jika tidak lengkap dan meskipun lengkap,
perasaan bukanlah puzzle yang akan bagus ketika
kepingan-kepingannya dihancurkan kemudian disatukan kembali. Perasaan adalah
kaca yang ketika pecah maka tak pernah ada lagi yang sama.
Kamu tak menemukan jawaban apapun dari pertanyaan itu hingga akhirnya
mengikutiku untuk diam. Kubiarkan hening menjadi tuan rumah bagi situasi
ini. Kurasakan debur di dalam tubuhmu berhenti bergejolak, debarmu kembali
normal. Badai di hatimu telah reda, berganti dengan desir angin musim semi yang
meniupkan kehidupan.
Dia benar-benar pergi hari ini, tak lagi kautahan. Kamu mengerti. Bahkan
ketika aku tak memberikan jawaban apapun. Kenangan tetap ada sebagai bagian
dari waktu, bagian dari sejarah yang meski tak kau suka tapi menjadi alasanmu hidup
hari ini. Selamat hidup kembali.
" sebab, tidak semua pertanyaan harus mendapat jawaban, tapi
cukup dimengerti, cukup diterima. Itu saja cukup.”(quotes of jaydewar)
tertanda
terserah kau memanggilku dengan sebutan apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PENDAPAT LO ?