Jelang pukul dua pagi.
Perihal yang patut saya sesali yaitu “saya sudah lama sekali
tidak menulis” bahkan buku tua milik ayah yang saya sulap menjadi buku harian yang biasa saya bawa kemanapun saya
pergi pun sudah lama sekali tertinggal di rak. dan memang benar, kehilangan
yang paling menyedihkan ialah kehilngan diri sendiri. saya baru saja
mengalaminya.
dan peristiwa peristiwa yang tak mengenakkan yang baru saja
saya alami membuat saya tak banyak bahagia. Membuat saya menyimpan luka dalam
senyum. Dan menyimpan tangis dalam tawa. Dan selama saya “tidak menulis” saya
mengalami fase dimana kehidupan mempunyai lika – liku yang panjang sehingganya
saya banyak menyimpan kesedihan yang membuat saya tak mampu lagi untuk menulis
lebih banyak.
Di malam menjelang pagi ini, saya kembali membuka buku
harian dengan sampul berwarna hitam yang
sudah lama sekali saya abaikan begitu saja, ah mungkin saja diary ini kangen
dibawa jalan jalan atau setidaknya minum kopi.
Saya perlahan membuka lembar demi lembar. Dan yang saya temui pada laman pertama yaitu
foto ayah. saya memang suka menyimpan potret ayah lalu nanti saya tempelkan
dimanapun tempat yang membuat saya selalu mengingat nasihat ayah. beberapa foto
saya tempelkan di kaca, dan sebagiannya ada di dalam dompet dan di buku harian
saya.
Saya menelusuri lagi lembar demi lembar. Tulisan didalamnya
warna – warni. didalamnya juga tertera beberapa quote dari penulis favorit saya
dan selebihnya limpah ruah isi kepala saya. Setiap tulisan selalu mempunyai
keterangan lengkap dengan tanggal bulan tahun hari bahkan jam detik dan tempat
dimana saya sedang menulis. Rupanya, saya sedetail itu dulu
Sampai pada puisi terakhir pada tanggal 8 October 2015,
Kamis. Xmrt. 17:52
“dan jadilah kau senja karena gelap kau ada. Karena gelap kau indah. Aku hanyalah kunang – kunang dan engkau hanyalah senja. Saat gelap kita berbagi saat gelap kita abadi”
Ah! Saya punya banyak hutang kepada buku ini! karena sudah
lebih dari empat puluh hari saya tidak menulis, mengutip dan membaca. Sudah sepantasnya
saya mendapatkan hukuman seperti ini dari Tuhan, mungkin buku tersebut mengutuk setiap langkah saya karena saya punya banyak sekali hutang untuk
menulis. Pathetic
Dan karena isi kepala saya sudah sangat penuh sekali, saya
harus menuliskannya kedalam beberapa puisi atau surat. saya akan melunasi
hutang saya terhadap buku tua milik ayah.
Karena, dengan menuliskan apa yang ada didalam kepala saya
pun kehidupan saya, saya merasa lebih lengkap dan lebih pas.
Terus terang saya bukan siapa siapa. Saya hanya seorang
perempua biasa saja yang suka sekali wara – wiri kesana kemari, paling tidak
suka diam, lalu kadang saya menulis. Dalam sekejap juga bisa tertawa – tawa seperti
orang gila. Dan ya saya suka sekali merayakan perasaan saya dengan cara
menuliskanya.
Walaupun belakangan ini saya kehilangan diri saya sendiri
yang membuat saya tak banyak menulis. Oh pantas! Saya sering sedih untuk hal
yang entah!
AH!