dalam mimpiku aku terbangun didasar reruntuhan gedung yang tak kuketahui namanya dan melihat sesuatu bergerak dari dasar reruntuhan. tak ada seseorangpun disekelilingku. bahkan di dalam mimpi aku merasa tak mampu mengenali diriku sendiri, entah siapa sebenernya.
aku tengkurap lemas di bawah bebatuan, darah mengucur dari segala penjuru tubuh. dengan nafas terengah ku coba bergerak, tetapi anggota tubuhku tak dapat ku gerakkan. aku merasa telah mati.
kucoba kembali memejamkan mata, meyakinkan diriku sendiri bahwa itu hanya sekedar mimpi, tetapi rasa prih datang dari tiap jengkal anggota tubuh dan menolak perintahku untuk memejamkan mata. maka kemudian aku terjaga sepenuhnya di dalam mipiku dan tidak melakukan stau hal pun selain mencoba menjangkau pemandangan sekitar. sejauh apa yang kuliah, tidak ada tanda tanda kehidupan.
mayat mayat bergelimpangan, aku bahkan tak tau dimana aku berada.
langit kelabu, asap tertebar, tubuhku masih menindih bebatuan dan bebatuan masih menindih tubuhku. tiiada harapan lagi untuk bertahan hidup. aku tetap hidup bahkan setelah rasanya berminggu minggu lamanya aku terjerembap tak berdaya disana. aku tak kunjung terbangun dri mimpiku, logikanya, seharusnya aku telah mati, namun ternyata hujan turun tiap hari, sehingga aku mengandalkan air hujan agar lidahku tetap basah, sehingga aku bisa memakan mentah mentah daging mayat mayat sesamaku yang mengapung dibawa oleh limbah air hujan. langit berubah warna dan tiba tiba reruntuhan bergerak, mengguncang gncang tak karuan, lalat yang awalnya bermukin pada mayat2 yang membusuk disekitarku kemudian membumbung tenggi ke langit, berputar2 dari atas sana sejauh apa yang ku tangkap dengan mataku yang sudah tak lagi awas.
sisanya adalah belatung belatung yang masih membungkusi tulang tulang separuh. akupun terpelanting dan terperosok berbagai arah. kalau ada sesuatu yang aku syukuri dari guncangan yang mengjutkan itu adalah bahwa aku tiba2 sudah tidak tertimbun lagi oleh batuan.
ketika aku ternyata kembali menggerakkan anggota tubuhku setelah untuk beberapa saat seharusnya sangat mungkin mereka mengalami disfungsi. bahkan ketika tak kutemukan manusia lain dengan bisa kembali bangkit dan berdiri tegak sudah membuat dadaku penuh. perasaan yang barangkali dialami juga oleh setiap bayi yang baru terlahir k muka bumi.
sesendiri inikah rasanya menjadi manusia pertama dimuka bumi?
aku menanyai diriku sendiri dalam mimpiku, aku melihat luka lukaku dalam kejadian itu yang sudah pasti akan meninggalkan bekas. barangkali hal yang sama juga dialami oleh manusia pertama dimuka bumi, dengan bekas bekas luka yang tersisa di sekujur tubuh akibat dari pemendekan ekor, pemotongan sayap, patahnya tanduk... sang manusia pertama, masih tetap berjalan tegap diatas bumi.
Namun, apakah manusia adalah hewan yang tiba tiba berubah menjadi manusia, menjadi diriku yang sekarang? hewan yang tiba tiba terkucil dari seluruh keluarga hewannya dan tidak dikenali lagi bahkan oleh orang tua hewannya sendiri? hewan yang karena nalurinya untuk bertahan hidup masih akan berjalan tanpa kesadaran atau sekedar dengan kesadaran palsu. berketurunan, yang lantas bermigrasi dari afrika kemudia keseluruh benua.
Apa yang telah terjadi menyebabkan dunia runtuh dan setiap orang binasa kecuali diriku? aku bahkan tak memahami dari datangnya pemikiranku di tengah mimpi2 distopian seperti itu. namun, aku tetap mencoba mengingat ingat..
Rasanya percuma berjalan terus menerus. yang kutemukan hanya mayat2 yang membusuk terkena lumpur dan sisanya adalah amis yang menyengat. juga reruntuhan. juga langit yang dimana mana masi sama saja hitam kelabu. pikirku ketika itu kalau dunia memang harus berakhir seharusnya moment itu bersamaan dengan semesta yang berakhir. bersamaan dengan tiadanya sang pencipta namun, semesta tidak mesti berakhir dan sang pencipta tidak mesti tiada, bukan?
bahkan samudera yang membentang seluas cakrawala langit pun tidak lagi sebiru pada masa lalu. bangkai ikan ikan besar terdampar dipasiran pantai, aku menemukan banyak hewan hewan yang juga mati, seolah olah benar benar menunjukkan bahwa saat itu sudah tidak ada lagi kehidupan yang tersisa selain diriku. tidak ada burung yang berterbangan di langit, tidak ada semut yang mengintai gula gula. Namun, bukankah belatung dan lalat masih dapat dihitung sebagai bentuk kehidupan? seandainya saja aku bisa bicara dengan bahasa lalat dan bahasa belatung, jika ada.
bagaimana perasaan para dinousaurus yang tersisa ketika kaum mereka sudah hampir punah ? apakah seperti itu rasanya? aku menanyai diriku sendiri.
apakah paraha dinousaurus sama tidak putus asanya seperti diriku untuk menemukan dinausaurus lainnya, yang dapat mereka ajak untuk menciptakan keturunan baru, meski itu arti nya mereka akan mengkhianati pasangan awal mereka?
Namun, kalau hal hal didunia ini tidak diciptakan berpasangan, berarti tidak akan ada yang berlangsung dimuka bumi ini. maka setelah bertahun tahun pencarian yang tampa akhir, dan ketika bumi berubah gersang, pada saat seluruh perairan mengering seolah olah tersedot keinti bumi dan masih tak ada tanda tanda kehidupan, seharusnya aku menyerah dan berhenti melakukan perjalanan . membiarkan diriku turut mati bersama mereka yang telah mati sebelumnya.
seiring waktu berlalu, aku melupakan bagiamana caranya berbicara dan terutama bagaimana caranya berkomunikasi dengan diriku sendiri. bahkan didalam mimpi aku mendapatkan kesadaran sebulat itu tentang keadaan yang aku alami. pikirku waktu itu, pastilah aku sedang mengalami mimpi yang teramat panjang.
dan ketika aku hampir melupakan segalanya, sesosok makhluk yang TIDAK AKU KENALI menghhampiriku dan menyatu dengan tubuhku.
beberapa saat kemudian kamu lantas membelah menjadi bentuk bentuk baru. dan tiba tiba saja aku sudah terbangun diranjang kamarku. aku langsung melihat cermin, menemukan seonggok tubuh yang wajahnya pucat bukan main.
backsound : jar of heart - christina perri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PENDAPAT LO ?