Ada yang diam-diam ingin
disapa olehmu. Percayalah.
Ada yang mengharap pertemuan
kedua, setelah matamu mendarat di matanya, tanpa aba-aba. Ada yang setiap hari
terbangun buru-buru, demi sebuah frasa ‘Selamat pagi’ dari bibirmu. Ada yang
tak pernah berhenti mencatat. Sebab, setiap kalimatmu adalah peta. Ia tak mau
tersesat.
Ada mata yang berbinar
sempurna dalam tunduk sipu, tiap kau sebut sebuah nama, miliknya. Ada yang
mengembangkan sesimpul lengkung di bibirnya, di balik punggungmu, malu-malu.
Ada yang memilih terduduk saat jarakmu berdiri dengannya hanya beberapa kepal.
Lututnya melemas, tiba-tiba. Ada yang tak pernah melepas telinganya dari pintu.
Menunggu sebuah ketukan darimu.
Ada yang dadanya terasa berat
dan kau tak pernah tahu, saat kau tak tertangkap matanya beberapa waktu. Ada
yang pernah merasa begitu utuh, setelah kaki-kaki menjejak jauh darinya.
Sekarang, runtuh.
Ada yang diam-diam
mendoakanmu, dalam-dalam.
Percayalah.
Andi Gunawan